Perjuanganku untuk Masuk PTN dengan Sholawat
Nama/NIM : Nadia Salsabila
Putri Ayuda/21311508
Topik : Keagamaan
Tema : Keistimewaan Sholawat
Perjuanganku untuk Masuk PTN dengan Sholawat
Pada awal kenaikan kelas 12 SMA, aku sudah menentukan jurusan yang akan aku ambil, yaitu manajemen. Namun, aku masih bingung menentukan perguruan tinggi yang akan aku perjuangkan. Saat itu, aku memutuskan untuk mengikuti bimbel yang sangat terkenal karena telah berhasil meloloskan ribuan siswanya masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang mereka inginkan. Disana aku juga dapat berkonsultasi untuk mengambil keputusan menentukan PTN. Tiba pengumuman kuota SNMPTN di sekolahku, ternyata aku termasuk salah satu yang mendapatkannya. Aku sangat senang sekali, dengan cerianya aku langsung memberitahu kepada orang tuaku. Dari sinilah perjuanganku dimulai.
Pertengahan menuju pendaftaran
SNMPTN aku menetapkan pilihan pertama, yaitu jurusan manajemen di UGM. UGM
adalah PTN yang sangat aku impikan dan banggakan. Aku mempunyai anggapan bahwa
setiap orang yang masuk ke sana adalah calon orang sukses dan mudah mendapatkan
pekerjaan. Oleh karena itu, aku sangat terobsesi dengan UGM apalagi di jurusan
manajemen. Namun aku disini kesulitan menentukan pilihan kedua. Nilai ku yang pas-pasan
membuatku ragu untuk memilih UGM yang juga sebagai pilihan kedua. Disini aku
memutuskan untuk berkonsultasi dengan pihak di bimbel yang aku ikuti.
H-3 pendaftaran SNMPTN akan
ditutup, aku telah menentukan pilihanku. UNY adalah pilihan kedua ku. Sebelumnya
aku sudah mendiskusikan dengan orang tuaku, tetapi mereka menyerahkan semuanya
kepadaku. Mereka tidak memaksa, walaupun menyarankan untuk tetap UGM berada di
pilihan ke duaku. Aku memilih jurusan administrasi negara di UNY karena
berdasarkan survei dari bimbel adalah pilihan yang tepat untuk nilaiku. Sebelum
aku memilih untuk menyimpan permanen aku tidak berhenti mengucapkan sholawat. Membaca
ayat-ayat Al-Quran yang aku hafal dengan melihat PTN yang aku pilih.
Seiring menunggu pengumuman
SNMPTN, aku tetap belajar untuk berjaga-jaga jika tidak diterima. Aku membeli beberapa
buku yang cukup tebal untuk persiapan SBMPTN. Setiap sebelum dan sesudah belajar
aku selalu memulai dengan sholawat 10 kali. Sejak SNMPTN aku juga mulai rajin
menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Jujur, sebelumnya aku masih tidak menjalankan
sholat 5 waktu. Bisa dibilang karena hal ini aku bisa jauh lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Hari demi hari, semakin dekat
dengan pengumuman SNMPTN, mulutku semakin bersemangat membaca sholawat. Aku mempunyai
target untuk sholawat yang harus aku ucapkan setiap harinya, yaitu 1000 kali. Selain
itu aku juga imbangi dengan membaca Al-Quran terutama surat Al-Waqiah setiap
selesai sholat magrib. Tiba pengumuman SNMPTN, jantung berdetak lebih dari
biasanya. Aku tidak memberitahu orang tuaku jika hari ini pengumuman. Tentu aku
takut mereka kecewa. Jam telah menunjukan tepat 15.00 sore, mulutku masih
mebaca sholawat untuk bisa menenangkan, dan ternyata zonk, warna merah dengan
tulisan “Anda Dinyatakan Tidak Lulus Seleksi SNMPTN 2021”.
Tidak sadar air mata
bercucuran. Iri melihat teman-teman yang lolos, padahal rankingku SNMPTN
disekolah lebih tinggi daripada mereka. Namun aku tidak putus asa, aku tetap
belajar untuk SBMPTN. Setiap harinya mempunyai target membaca 1 bab per mata
pelajaran. Tidak lupa setiap perjalanan menuju dan pulang dari bimbel selalu mengucapkan sholawat dan dzikir.
Tiba dipendaftaran SBMPTN, aku
pesimis karena banyak materi yang dipelajari dan tidak mungkin semuanya terserap
diotakku. Aku memutuskan mengambil UNY sebagai pilihan pertama dan kedua,
dengan jurusan manajemen dan administrasi negara. H-1 pelaksanaan tes, wajib survei
tempat tes. Diperjalanan mulutku terus mengucapkan sholawat sampai pada tempat
tes. Minggu, 18 April 2021 aku melaksanakan SBMPTN, mulutku semakin tidak bisa
berhenti mengucapkan sholawat. Sebelum memulai tes aku membaca sholawat kurang
lebih 30 kali.
Selesai tes, aku semakin
pesimis karena soal yang keluar tidak sesuai dengan apa yang selama ini aku
pelajari. Sejak ini aku mulai menyerahkan semua kepada Allah dan usaha yang aku
jalankan sekarang hanya mengamalkan sholawat lagi. Saat itu, aku mulai memikirkan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang akan menjadi cadangan. UII adalah PTS yang
disarankan orang tua ku, dan tanpa ragu aku memilihnya. Aku mengambil jurusan manajemen
lagi, karena hanya itu jurusan yang aku inginkan. Setelah 7 hari menunggu pengumuman
dari UII, tiba saatnya dan ternyata diterima.
Seiring berjalannya waktu, tiba
saatnya pengumuman SBMPTN. Pengumuman kali ini aku cukup tenang. Pukul 15.00 sore,
pengumuman sudah dibuka dan aku segera membukanya. Namun ternyata warna merah
lagi yang muncul di layar laptopku. Pengumuman SNMPTN kemarin membuatku lebih
tegar menghadapi SBMPTN kali ini. Nilaiku dengan temanku yang lolos SBMPTN ini
cukup tipis, sehingga membuatku lebih kecewa. Kecewa pada diriku sendiri,
berfikir apa lagi yang harus aku lakukan, apakah dengan belajar rajin dan
mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa masih kurang.
Hari demi hari, aku semakin
tegar. Aku memulai aktivitasku seperti biasa. Entah pada suatu hari tiba-tiba
aku memikirkan hal konyol. Aku ingin mempunyai HandPhone iPhone 11,
dengan isengnya aku menyampaikan keinginanku kepada orangtuaku. Aku tidak
berharap lebih akan dibelikan karena HandPhone yang aku miliki masih
berfungsi dengan baik dan baru membelinya 1 tahun yang lalu.
Aku mengucapkan sholawat sambil
melihat gambar iPhone 11 warna putih. Namun, karena aku tidak begitu
mengharapkan, aku mengucapkan sholawat ini hanya pada saat ada waktu luang. Aku mengucapkannya mungkin hanya 10 kali tidak
rutin setiap harinya. Tiba pengambilan jas almamater UII, tiba-tiba orang tua
ku mengajak untuk pergi ke toko iPhone dan membelikan iPhone 11 untuku. Aku tidak
menyangka, padahal sholawat yang aku ucapkan hanya beberapa hari saja.
Disini aku menyadari, apa yang
ditakdirkan untukku adalah milikku dan apa yang tidak ditakdirkan untukku
adalah bukan milikku. Sekeras apapun usaha yang dilakukan jika bukan takdirnya
maka tidak akan mendapatkannya. Kuliah di UII adalah takdirku, mungkin tujuan
Allah memberi takdir ini agar aku lebih dekat dengan-Nya. Disinilah aku mengubah
pola pikirku bahwa kesuksesan juga tidak bergantung pada tempat belajar.
Komentar
Posting Komentar